Pagi ini dinginnya luar biasa, embun masih setia menemani matahari, jalanan redup membuat suasana semakin pengap. Inginnya berdiam diri saja di dalam kamar melanjutkan mimpi semalam.
“Win, kamu cantik sekali,”
“Ada-ada saja, mana ada wanita menjelang tua begini di bilang cantik,” dalam hatinya Winona berdebar-debar bahagia.
“Serius, aku bilang apa adanya kok,” makin melambung Winona dengan pujian tulus dari hati yang paling dalam.
Tangan lembut menjabatnya, ada getar-getar bahagia seperti waktu kuliah dulu. Dia Ketua Senat yang menjadi rebutan di kampusnya, aktivis tampan, jago basket dan juara literasi pula. Winona cuma gadis kampung yang tak pernah neko-neko. Kalau sekarang, Winona merasa percaya diri dengan statusnya, siapa yang gak kenal namanya? Wanita karier yang sukses menjadi direktur sebuah bank pemerintah di kotanya. Pertemuan dengan Januar, sang mantan Ketua Senat yang sekarang memiliki jabatan penting di pemerintahan karena MOU pendirian cabang bank baru.
“Win…berangkat ke kantor ga?”
Winona menggeliat, menggisik matanya.
“Nggak Jan, aku ambil cuti,” ada sorot aneh dari mata yang memandangnya. Api yang membara seperti tersiram bensin, membakar wajahnya hingga merah padam. Winona baru tersadar siapa yang mengajaknya bicara dan tak sempat minta maaf atau berbicara sepatah kata pun, bibirnya kelu dan orang yang dihadapannya sudah menghilang dengan sakit yang menyayat, perih. Ada sesal mengganjal di lubuk hatinya, Winona terdiam di ujung tempat tidur, percuma saja dia mendekati singa yang sedang mengaum. Winona membiarkan dirinya dalam kehangatan selimut saja dan berharap mimpinya tak kembali agar kehidupannya tak lagi terusik.***
#TantanganMenulisAgustus
#SahabatKabolMenulis
Minggu ke-2
Day 4
Sumber gambar: instagram.com/addy_negara22